Template information

Gaun Putih Berenda Keemasan

"Kamu jadi datang ke pernikahan nak Ramli kan An?"

"Entahlah, Bu. Badan rasanya lemas sekali,"

"Nanti ibu antar, kasihan nak Ramli kalau kamu tidak hadir,"

Sore itu Anna tampak terlihat murung dengan sorot kedua matanya redup. Gadis tersebut menghela nafas untuk kemudian memandang ibunya.
Dia merasa enggan untuk pergi ke rumah Ramli dalam menghadiri undangan pernikahan laki-laki yang pernah singgah di hatinya. Namun begitu sebenarnya dalam hati Anna sangat ingin berada disana, menyaksikan pria tersebut bahagia meskipun nantinya perih ia rasakan.
Ibunya menatap Anna dengan meraba-raba apa yang sedang anaknya rasakan. Tapi sedikit banyak beliau tahu jika Anna tengah dirundung sedih karena pernikahan Ramli.
Dielusnya kepala anaknya dengan lembut, lantas kata penyemangat terucap dari ibu tersebut. Anna mengiyakan apa yang dikatakan oleh sang bunda, bagaimanapun juga dirinya memang harus kuat menghadapi hal seperti itu

"Kamu harus kuat An, tidak baik berputus asa hanya karena ditinggal nak Ramli menikah,"

"Iya, Bu. Anna kuat kok, uhuk uhuk," Jawab Anna disertai batuk kecil yang sudah menahun menjangkit pada diri gadis berkulit hitam manis tersebut.
Anna menatap jauh, dia teringat saat bagaimana Ramli untuk kemudian meninggalkan cintanya terhadap Anna setelah laki-laki itu tahu penyakit asma menahun yang diderita Anna.
Saat itu Anna sangat bersedih menginngat hubungannya dengan Ramli sudah cukup lama dan keduanya pun telah merencanakan untuk sebuah pernikahan. Namun apa hendak dikata, setelah sekian lama dirinya menutupi penyakitnya itu pun akhirnya harus dibuka dan dijelaskan kepada Ramli bahwa sebenarnya ia mempunyai penyakit kronis yang hingga saat ini belum sembuh. Mendengar penjelasan Anna tersebut Ramli terdiam untuk selanjutnya mengambil sebuah keputusan yang sangat membuat Anna terpukul dan sedih. Meskipun begitu Anna sudah siap menerima segala keputusan kekasihnya, toh dia sendiri yang punya niat menjelaskan lebih awal dari pada nantinya mengecewakan pasangannya.

Senja sebentar lagi berganti dengan malam. "Ayo An, sebentar lagi gelap," Ucap sang ibu kepada anaknya yang masih duduk di depan kaca lemari. Anna membetulkan kerudungnya, dicobanya untuk tersenyum meskipun dalam dada sedang merasakan kesedihan.
Pandangannya beralih kesebuah bungkusan plastik putih bening tertata rapi dalam lemari satunya yang tadi ia buka. Mendadak bola matanya tergenang oleh air mata yang kemudian menetes ke pipi.

"Gaun itu, oh...," Ucap Anna lirih di ujung bibirnya yang mengering. Dia terdiam, Anna teringat pada gaun putih berenda keemasan yang diberikan oleh Ramli waktu itu.

"Ayo An, sekarang. Mumpung motornya ada di rumah," Suara ibunya Anna. Bergegas gadis itu menutup lemarinya dan mendatangi sang bunda untuk selanjutnya ke pernikahan Ramli.

Langkah kakinya terasa berat untuk masuk ke tempat itu. Dia berhenti dan memandang jauh ke dalam, suasana pernikahan Ramli dengan Dewi begitu meriah dengan para tamu yang membludak. Ibunya Anna menarik anak gadisnya untuk segera masuk dan melupakan kegetiran yang sedang ia rasakan.
Dia berkaca-kaca saat berada di hadapan mempelai dan bersalaman. Ramli tersenyum kepada gadis manis yang pernah menjadi kekasihnya tersebut.

"Ibu, Anna. Terima kasih sudah datang ke pernikahan Ramli. Silahkan Bu, An," Ucap Ramli dengan ramah kepada Anna dan ibunya. Kedua tamu pengantin tersebut tersenyum dan duduk di kursi yang telah disediakan.
Tak henti-hentinya Anna menatap Dewi sebagai pengantin wanita. Dia sangat cantik dengan gaun putih berenda keemasan seperti yang pernah Ramli berikan untuk dirinya.
Anna memejamkan kedua matanya, terlintas sebuah bayangan betapa senangnya jika ia bersanding dengan Ramli dan mengenakan gaun tersebut, tapi hal itu tak kan terjadi karena Ramli sudah bersanding dengan wanita lain, yakni Dewi.
Tak terasa, air bening itu kembali menggenangi kelopak matanya dan mengucur deras ke pipi, ibunya memandang sedih pada anak gadisnya tersebut.
Gadis manis itu mengusap derainya dengan sapu tangan yang sedari tadi tersimpan di dompet yang ia bawa. Ibunya mencolek lengan Anna dan mengajaknya pulang. Mereka hendak beranjak dari tempat duduk ketika seorang pemuda berpenampilan rapi menghampiri.

"Anna, Ibu. Sudah lama, ya?
Bagaimana kabarmu An, Ibu," Pemuda tadi mengagetkan mereka, kemudian dia duduk di dekat Ibu dan anak tersebut.

"Kak Zaki?
Alhamdulillah, kami baik-baik saja. Bagaimana dengan kakak sendiri?" Jawab Anna yang kemudian agak menundukkan wajahnya. Sementara itu Ibunya gadis itu tersenyum kepada Zaki yang baru datang dan balik menanyakan kabar dia.
Antara Zaki, Anna dan Ibunya memang sudah lama mengenal karena Ramli sering mengajak Zaki ke rumah Anna pada saat itu.
Mereka terus berbincang membicarakan kabar masing-masing. Maklum, Zaki sendiri sudah lama tidak bertemu dengan Anna dan keluarganya semenjak dia studi ke Australia.
Lembut sorot mata pemuda cakap itu menatap Anna bersama desir di dada yang ia rasakan.

"An, adakah kamu merasakan sesuatu akan diriku?"

"Maksud kak Zaki?" Anna memandang Zaki tak mengerti.

"Iya An. Mungkin ini sesuatu yang konyol buat kamu, tapi tidak untukku.
Dalam kesempatan ini, ada hal yang hendak aku tanyakan kepadamu An, yakni tentang dua hal. Dua hal itu akan berlanjut jika kamu mau menjawabnya dengan jujur," Ucap Zaki dengan sorot mata serius. Ibunya Anna yang berada diantara mereka itu hanya tersenyum melihat keduanya.

"Maksud kak Zaki, apa dengan dua hal itu?
Insya Allah Anna akan menjawabnya dengan sejujur-jujurnya,"

"Pertama, apa kamu sudah punya kekasih lagi An? Jawab dengan jujur, ya,"

"Belum kak,"

"Syukurlah kalau belum, dan itu membuatku senang An. Jujur saja, sejak pertama aku mengenalmu, sejak saat itu juga sering datang desir-desir yang tak kumengerti. Ingin aku mengatakannya kepadamu, tapi karena saat itu kalian masih bersama, jadinya aku menahan semua perasaan terhadapmu.
Setelah aku tahu kamu dan Ramli sudah tidak lagi bersama, kemudian aku sering bermunajat kepada-NYA dan minta petunjuk akan dirimu. Alhamdulillah, setelah beberapa kali melakukan shalat Istiqarah, aku semakin yakin kalau kamulah jodohku An. Dan hal yang kedua yakni tentang gaun pemberian Ramli waktu itu, apakah kamu masih menyimpan dan pernah memakainya An?"

Anna menatap Zaki. "Iya kak, aku masih menyimpan dan belum memakainya. Pernah ingin mencoba memakai gaun itu, tapi kemudian aku urungkan karena gaun itu untuk pernikan kami. Namun...," Anna terdiam dan wajahnya tertunduk sedih.

"Syukurlah kalau masih ada. Itu dulu aku yang memilihkannya lho An.
Ramli memang payah, memilihkan gaun untuk kekasih saja tidak bisa.
An, ingin aku kemakaikan gaun itu di hari pernihannmu nanti," Kata Zaki. Memang, waktu itu Ramli mengajak Zaki ke sebuah toko busana untuk membeli gaun yang kemudian diberikannya kepada Anna. Waktu itu Ramli bingung dalam memilih gaun karena banyaknya barang tersebut berjajar tergantung di toko. Tahu kalau Ramli bingung dan minta saran kepadanya, Zaki menoleh ke kanan dan matanya menangkap sebuah gaun tergantung terselip diantara gaun yang lain. Lantas pemuda teman Ramli itu menunjukkannya kepada Ramli. Gaun putih berenda keemasan itu dipilih Zaki dan diberikan pada Ramli.
Ramli diam dan mengamati gaun yang ia pegang, dia mengangguk-ngangguk kecil, kemudian membawa gaun putih berenda keemasan itu ke kasir.

"Maksud kak Zaki?"

"Aku akan memakaikan gaun itu di pernikahan kita An.
Bila kamu percaya kepadaku, minggu depan aku bersama kedua orang tuaku akan ke rumahmu, meminangmu. Dua minggu kemudian kita menikah," Perkataan Zaki membuat Anna kaget dan jantung seperti berhenti berdetak. Tak pernah terbayangkan dan terpikirkan oleh Anna jika pemuda cakap tersebut akan bilang seperti itu. Keduanya beradu pandang, mendadak desir halus Anna rasakan menjalar ke seluruh persendian.
Anna dan Zaki memang cukup lama saling mengenal. Bukan karena Zaki temannya Ramli dan sering diajak ke rumahnya, tapi memang mereka juga sering bertemu di sebuah Majelis Pengajian di Masjid Besar tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Anna menatap Zaki. "Ta.. tapi kak, aku kan punya penyakit asma akut yang hingga sekarang belum kunjung sembuh, dan oleh karena penyakit itu kemudian kak Ramli dan keluarganya membatalkan pernikahan kami,"

"Itu bukan penghalang bagiku untuk mencintai dan menikahimu An. Bukankah semua penyakit itu ada obatnya, iya kan?
Nanti kamu berobat di Australia, disana pelayanan rumah sakitnya sangat bagus. Banyak penderita asma akut bertahun-tahun bisa sembuh setelah berobat di tempat itu dan rajin meminum obatnya.
Jadi, nanti kita menikah untuk kemudian tinggal di Australia karena aku akan menyelesaikan S3 dan mengobati kamu An, bagaimana?" Terangnya Zaki. Kedua bola mata gadis manis itu tergenang air yang kemudian mengalir bak air sungai karena mendengar perkataan pemuda cakap di dekatnya tersebut.
Sungguh Anna tak pernah menyangka jika selama ini Zaki mencintainya. Sungguh ini semua sebuah skenario dari yang kuasa untuk cintanya Anna dan Zaki.
Ingin Anna langsung bersujud syukur di atas sajadah bergambar Ka'bah atas maksud tulus Zaki kepada dirinya.
Gadis manis itu mengusap air matanya yang tak terbendung karena rasa haru. Mereka bersama, beranjak dari acara pernikahan tersebut dengan hati berbunga. (*)

0 Response to "Gaun Putih Berenda Keemasan"

Posting Komentar

wdcfawqafwef